A. Prinsip-Prinsip Belajar;
Terkait dengan teori belajar yang akan diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar maka untuk efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang baik bagi peserta didik seyogyanya seorang guru perlu terlebih dahulu memahami prinsip-prinsip belajar.
Dimana prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu. Pentingnya guru memahami prinsip dari teori belajar menurut Lindgren dalam Toeti Sukamto (1992: 14 ) mempunyai alasan sebagai berikut :
b. Dengan kondisi ini guru dapat mengerti kandisi0kondisi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar;
c. Teori ini memungkinkan guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan suatu aktifitas belajar;
Teori belajar merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang telah diuji kebenarannya melalui experimen dan penelitian. Dengan mempelajari teori belajar pengertian seseorang tentang bagaimana terjadinya proses belajar akan meningkat , Oleh karenanya sangatlah penting bagi seorang guru untuk memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip dari berbagai teori belajar.
Ada banyak teori-teori belajar , setiap teori memiliki konsep atau prinsip sendiri tentang belajar. Berdasarkan berbedaan sudat pandang ini maka teori belajar tersebut dapat dikelompokan. Teori belajar yang terkemuka diabad 20 ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu kelompok teori bahaviorisme dan kelompok teori kognitivisme. (Arif Sukadi,1987)
Menurut kelompok teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalamn belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkahlaku yang terjadi karena adanya stimuli dan respon yang dapat diamati. Menurut teori ini manupulasi lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh perubahan tingkah laku yang diharapkan . Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, tidak memperhatikan apa yang terjadi didalam fikiran manusia. Para ahli pendidikan menganjurkan untuk menerapkan prinsip penguatan (reinforcement) untuk mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan mengatur kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa berhasil mencapai tujuan. Dalam menerapkan teori ini yang terpenting adalah guru harus memahami karakteristik si belajar dan karakteristik lingkungan belajar agat tingkat keberhasilan siswa selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan belajar secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak diterapkan didunia pendidikan meliputi (Hartley & Davies, 1978 dalam Toeti S. 1992:23) :
• Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila siswa ikut dengan aktif didalamnya
• Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya siswa dapat dengan mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu;
• Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung supaya siswa dapat mengetahui apakah respon yang diberikannya telah benar;
• Setiap kali siswa memberikan respon yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Prinsip-prinsip bihaviorisme diatas telah banyak digunakan dan diterapkan dalam berbagai program pendidikan. Misalnya dalam pengajaran berprogram dan prinsip belajar tuntas (mastery learning). Dalam pengajaran berprogram materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit-unit terkecil yang mudah dipelajari siswa, bila setiap unit selesai siswa akan mendapatkan umpanbalik secara langsung. Sedangkan dalam mastery learing materi dipecah perunit, dimana siswa tidak dapat pindah keunit di atasnya bila belum menguasai unit yang dibawahnya.
Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Prinsip-prinsip teori kognitifisme; menurut teori kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan kontek situasi secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner, teori belajar bermakna Ausebel dll.
B. Prinsip-prinsip (teori) Pembelajaran
Berbeda dengan teori belajar maka teori pembelajaran persifat preskriptif. Teori pembelajaran berusaha merumuskan cara-cara untuk membuat orang dapat belajar dengan baik. Ia tidak semata-mata merupakan penerapan dari teori atau prinsip-prinsip belajar walaupun berhubungan dengan proses belajar.
Dalam teori pembelajaran dibicarakan tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk memecahkan masalah-masalah praktis di dalam pembelajaran dan bagaimana menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pembelajaran sehari hari. (Snelbaker,) Teori pembelajaran tidak saja berbicara tentang bagaimana manusia belajar tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain yang mempengaruhi manusia secara psycologis, biografis, antropologis dan sosiologis. Tekanan utama teori ini adalah prosedur yang telah terbukti berhasil meningkatakan kualitas pembelajaran yaitu ;
a. Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang merubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil-hasil belajar ini memberikan kemampuan melakukan berbagai penampilan;
b. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikatagorikan sebagai a. bersifat praktis dan teoritis.
c. Kejadian-kejadian di dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar dapat di kelompokkan ke dalam kategori umum, tanpa memperhatikan hasil belajar yang diharapkan. Namun tiap-tiap hasil belajar memerukan adanya kejadian-kejadian khusus untuk dapat terbentuk. (Gagne 1985 : )
Dari uraian di atas tampak bahwa teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan memberikan preskripsi untuk mengatur situasi agar siswa mudah mencapai tujuan belajar. Prinsip-prinsip pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran tatapmuka dikelas maupun tidak seperti pembelajaran jarak jauh, terprogram dll. Teori pembelajaran juga memberi arahan dalam memilih metode pengajaran yang mana yang paling tepat untuk suatu pembelajaran tertentu. Sehubungan dengan itu berdasarkan teori yang mendasarinya yaitu teori psikologi dan teori belajar maka teori pembelajaran ini dapat dibagi ke dalam lima kelompok yaitu
Pendekatan modifikasi tingkahlaku; teori pembelajaran ini menganjurkan agar para guru menerapkan prinsip penguatan (reinforcment) untuk mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan mengatur kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru sangat penting untuk mengenal karakteristik siswa dan karakteristik situasi belajar sehingga guru dapat mengetahui setiap kemajuan belajar yang diperoleh siswa.
Teori Pembelajaran Konstruk Kognitif; teori ini diturunkan dari prinsip/teori belajar kognitifisme. Menurut teori ini prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal siswa yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan di dikelas. Pengalaman belajar yang diberikan oleh siswa harus bersifat penemuan yang memungkinkan siswa dapat memperoleh informasi dan ketrampilan baru dari pelajaran sebelumnya .(Bruner...)
Teori pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip belajar;
Dari berbagai teori belajar yang ada, Bulgelski (dalam Snelbecer : ) mengidentifikasi beberapa puluh prinsip kemudian dipadatkan menjadi empat prinsip dasar yang dapat diterapkan oleh para guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Ke empat prinsip dasar tersebut adalah
d. Untuk belajar siswa harus mempunyai perhatian dan responsif terhadap materi yang akan diajarkan. Jadi materi pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian si belajar.
e. Semua proses belajar memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu hanya dapat dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas.
f. Di dalam diri orang yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur internal yang dapat mengotron motivasi serta menentukan sejauh mana dan dalam bentuk apa seseorang bertindak dalam suatu situasi tertentu.
g. Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktor penting sebagai pengontrol. Disini ditekankan juga perlunya kesamaan antara situasi belajar dengan pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan kehidupan nyata.
Teori Pembelajaran berdasarkan analisis tugas; teori pembelajaran yang ada diperoleh dari berbagai penelitian dilaboratorium dan ini dapat diterapkan dalam situasi persekolahan namun hasil penerapannya tidak selalui memuaskan oleh karena itu sangat penting untuk mengadakan analisis tugas (task analysis) secara sistematis mengenai tugas-tugas pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa, yang kemudian disusun secara hierarkis dan diurutkan sedemikian rupa tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Teori Pembelajaran berdasarkan Psikologi Humanistik; teori pembelajaran ini sangat menganggap penting teori pembalajaran dan psikoterapi dari suatu teori belajar. Prinsip yang harus diterapkan adalah bahwa guru harus memperhatikan pengalaman emosional dan karakteristik khusus siswa seperti aktualisasi diri siswa. Dengan memahami hal ini dapat dibuat pilihan-pilihan kearah mana siswa akan berkembang.
Agar belajar bermakna inisiatif siswa harus dimunculkan dengan kata lain siswa harus selalu dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Pengajaran yang cocok untuk hal ini adalah dengan pengajaran eksperimental.(ToetiS.1992:47)
II. MACAM-MACAM TEORI PEMBELAJARAN DAN APLIKASINYA
Dalam ilmu psikologi teori-teori pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru sangat beragam coraknya, yang setidaknya merupakan konsep turunan dari aliran-aliran besar psikologi semisal, behaviorisme, humanisme, kognitifisme, psikoanalisa, nativisme, emperisme, ataupun konvergensi. Beberapa bentuk konseptual teori tersebut yang terkait pula dengan aplikasinya dalam proses belajar mengajar antara lain:
A. Teori kognitif Bruner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama adalah tahap enaktif, dimana siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah tahap ikonik dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga adalah tahap simbolik, dimana ia mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin dominan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka.
Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning)
Teori belajar menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, dimana materi yang dipelajari diasimilasikan secara non-arbitrari dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut Reilly & Lewis, (1983) ada dua persyaratan untuk membuat materi pelajaran bermakna yaitu
• Pilih materi yang secara potensial bermakna lalu diatur sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu;
• Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna;
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. mengukur kesiapan mahasiswa seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaan-pertanyaan dan lain-lain tehnik;
b. memilih materi-materi kunci lalu penyajiannya diatur dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial;
c. mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu;
d. menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari,
e. memakai advan organizers;
f. mengajar mahasiswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut Hartley & Davies (1978), Prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah
1. Mahasiswa akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik mahasiswa harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana;
3. Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
4. Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
B. Teori Konstruktivisme
Menurut konstruktivisme, pelajar tidak lagi dianggap belajar daripada apa yang diberikan guru atau sistem pengajaran tetapi secara aktif membina realiti mereka sendiri dan pada masa yang sama mengubah suai realiti tersebut. Ini adalah sesuai dengan pengajarann dan pembelajaran PPBK . Perisian PPBK ini memerlukan pelajar yang aktif dalam membina realiti mereka sendiri. Segala pengetahuan dibina oleh pelajar dalam melalui perisian PPBK tidak disokong dari pengetahuan luar. Dick (1997) menyatakan bahawa konstruktivisme hanya mencadangkan kaedah dalam mana persekitaran pemelajaran boleh disusunatur dan diurus supaya dapat membekalkan pelajar dengan konteks terbaik untuk belajar. Pembelajaran akan melibatkan pelajar yang aktif dengan mencari pengetahuan dan melibatkan kerja-kerja merekabentuk. Teori ini juga beranggapan bahawa pelajar mampu untuk membuat penyelidikan, menganalisis, mempersembahkan maklumat berkenaan perisian kursus PPBK
Kesimpulannya, pengaplikasian teori konstruktivisme dalam proses pengajaran dan pembelajaran dan mereka bentuk perisian PPBK ini dapat dilihat melalui aktiviti-aktiviti berikut.
Pelajar berpeluang mengemukakan pandangannya tentang sesuatu konsep.
Pelajar berpeluang berkongsi persepsi antara satu sama lain.
Pelajar menghormati pandangan alternatif rakan-rakan mereka.
Semua pandangan pelajar dihormati dan tidak dipandang rendah
Pembelajaran berpusatkan pelajar
Aktiviti berasaskan ‘hands-on’ dan ‘minds-on’
Guru mementingkan kemahiran saintifik dan kemahiran berfikir
Pelajar mengaplikasikan idea baru dalam konteks yang berbeza untuk mengukuhkan kefahaman idea tersebut
Pelajar menghubungkait idea asal dengan idea yang baru dibina
Guru menyediakan alat/bahan yang sesuai
Pelajar digalakkan mengemukakan hipotesis dan bukan guru menerangkan teori
Guru mengemukakan soalan yang boleh meransangkan pelajar mencari jawapan
Guru tidak menyampaikan maklumat secara terus kepada pelajar
Pelajar banyak berinteraksi dengan pelajar lain dan guru
Guru prihatin terhadap keperluan, kebolehan dan minat pelajar
Pelajar bekerja dalam kumpulan
C. Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme Belajar adalah perubahan tingkahlaku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkahlaku. Pada teori ini yang terpenting adalah masukkan/input yang berupa stimulus dan keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan apa yang telah terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati hanyalah stimulus dan respons
1. Menentukan tujuan-tujuan Instruksional
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasikan "entry behavior" mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa)
3. Menentukan materi pelajaran (pokok bahasan)
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub pokok bahasan, sub topik)
5. Menyajikan materi pelajaran
6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa : pertanyaan (lisan/tertulis) tes, latihan dan tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan
8. Memberikan penguatan / reinforcment positip atau negatif
9. Memeberikan stimulus baru
10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan
11. Memberikan penguatan
Disamping itu pula ada beberapa prosedur yang bisa diterapkan khususnya dalam pembelajaran bagi peserta didik untuk mengembangkan tingkah laku baru, di samping penggunaan feinfrorcement untuk memperkuat tingkah ada dua metode lain yanag dapat diaplikasikan, antara lain;
1. Shaping
Kebanyakan yang diajarkan disekolah-sekolah adalah tingkah laku yang kompleks, bukan hanya “Simple Response” . dan tingkah laku kompleks tersebut dapat diajarkan melalui proses Shaping atau successive approximations beberpa tingkah laku yang mendekati respon terminal . proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian diadakan analisis tugas, langkah-langkah kegiatan murid, dan Feinfrocement terhadap respon yang diinginkan.
Fraznier (1969) mengemukakan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar murid:
1. Datang di kelas tepat waktunya
2. Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru
3. Menunjukkan hasil-hasil test dengan baik
4. Mengerjakan pekerjaan rumah
5. Penyempurnaan
2. Modelling
Ada letak perbedaan antara Modelling dengan clasikal condisioning ataupun operant condisioning. Dimana yang dimaksud dengan modelling adalah seorang yang belajar mengikuti kelakuan orang lain sebagai model atau figur. Sebab tingkah laku manusia secara tidak langsung banyak dipelajari melalui Modeeling atau imitasi daripada melalui lengajaran langsung.
Modeeling dapat terjadi, baik dengan “direct reinfrocement” penguatan langsung atau melalui “vicirious reinfrocement”. Adapaun menurut Albert Bandura dalam penelitiannya terhadap prilaku kelompok-kelompok anak dengan sebuah boneka plstik pompa mengamati, bahwa dalam situasi permainan, “model rewarded group” bereaksi lebih agresif daripada “model punished group”. Bandura (1969) membagi tingkah laku imitatif menjadi tiga macam:
1. Inhibitory-disinhibitory effect; kuat melemhanya tingkah laku oleh karena pengalaman tak menyenangkan atau oleh vicarious reinforcement
2. Eleciting effect ; ditunjangnya suatu respon yang pernah terjadi dalam diri, sehingga timbul respon serupa
3. Modelling effect ; pengembangan respon-respon baru melalui observasi terhadap suatu model tingkah laku.
Modelling dapat dipakai untuk mengajarkan ketrampilan akademik dan motorik. Setelah kita mempelajari tentang pengembangan tingkah laku selanjutnya kita perlu pula mengetahui tentang prosedur-prosedur pengandalian atau perbaikan tingkah laku, yang meliputi:
1. Memperkuat tingkah laku bersaing
Dalam usaha mengubah tingkah laku yang tidak didinginkan, perlu diadakan penguatan tingkah laku yang didinginkan misalnya dengan kegiatan-kegiatan kerja sama, membaca, dan bekerja disatu meja untuk mengatasi kelakuan-kelakuan menentang, meraih, malamun, dan hilir mudik.
2. Ekstingsi
Ekstingsi dilakukan dengan membuang atau meniadakan peristiwa-peristiwa penguat tingkah laku. Ekstigsi dapat dipakai bersama-sama dengan metode lain seperti, modelling dan social reinforcement. Guru biasanya sering megalami kesulitan mengadakan ekstingsi sebab mereka harus belajar mengabaikan miss behaviour tertentu. Tentu saja ada jenis-jenis tingkah laku yang tak dapat diabaikan oleh guru terutama tingkah laku yang menyinggung perasaan murid.
Ekstingsi berlangsung terutama ketika reinfocement berupa perjatian, apabila murid memperhatikan kesana kemari maka perlu perubahan interaksi guru terhadap murid untuk menghentikan tingkah laku tersebut.
3. Satiasi
Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah dan jera. Contohnya seorang ayah yang memergoki anak kecilnya merokok ia menyuruh anaknya merokok satu pak sampai habis sehingga anaknya merasa bosan.
4. Perubahan Lingkungan stimuli
Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimulus yang mempengaruhi tingkah laku. Jika seorang murid terganggu oleh sara gaduh diluar kelas, ketukan jendela dapat merubah gangguan itu. Jika suatu tugas yang sulit bisa mengecewakan murid maka guru dapat merubahnya dengan tugas yang tidak brgitu sulit.
5. Hukuman
untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman hendaknya diterapkan di kelas dengan bijaksana. Hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement. Hukumana menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan murid, sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid.
0 komentar :
Post a Comment