Menurut Atus (2008), munculnya baby blues syndrome dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Dukungan sosial
Perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan kelurga dapat berpengaruh. Dukungan berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang hangat sangat penting. Dorongan moral dari teman-teman yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu.
2. Keadaan dan kualitas bayi
Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya baby blues syndrome misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan cacat bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik.
3. Komplikasi kelahiran
Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya baby blues syndrome misalnya proses persalinan yang sulit, pendarahan, pecah ketuban dan bayi dengan posisi tidak normal.
4. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu
Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah, kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana sehingga wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu.
5. Stresor psikososial
Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi, tingkat pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga dapat mempengaruhi baby blues syndrome.
6. Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan
Seorang dengan riwayat problem emosional sangat rentan untuk mengalami baby blues syndrome.
7. Hormonal
Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang drastis dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
8. Budaya
Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau tidaknya baby blues syndrome. Di Eropa kecenderungan baby blues syndrome lebih tinggi bila dibandingkan di Asia, karena budaya timur yang lebih dapat menerima atau berkompromi dengan situasi yang sulit daripada budaya barat.
Menurut Suririnah (2008) Penyebab munculnya baby blues syndrome antara lain:
• perubahan hormon
• stress
• ASI tidak keluar
• kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi
• suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami
• problem dengan orangtua dan mertua
• takut kehilangan bayi
• sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
• bayi sakit
• rasa bosan si Ibu
Para pakar kesehatan sepakat bahwa ada empat faktor penyebab baby blues (www.pregnancy.com, 2008) :
1. Hormonal. Usai bersalin, kadar hormon kortisol (hormon pemicu stres) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami depresi. Di saat yang sama hormon laktogen dan prolaktin yang memicu produksi ASI sedang meningkat. Pada saat yang sama kadar progesteron sangat rendah. Pertemuan kedua hormon ini akan menimbulkan keletihan fisik pada ibu dan memicu depresi.
2. Psikologis. Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Setelah persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pascapersalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik si kecil karena tidak sesuai dengan yang diinginkan juga bisa memicu baby blues.
3. Fisik. Keluhan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Dan jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
4. Sosial. Si ibu merasa sulit menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai ibu. Dan kini gaya hidupnya akan berubah dratis. Anda merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil.
Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya baby blues syndrome misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan cacat bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik.
3. Komplikasi kelahiran
Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya baby blues syndrome misalnya proses persalinan yang sulit, pendarahan, pecah ketuban dan bayi dengan posisi tidak normal.
4. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu
Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah, kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana sehingga wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu.
5. Stresor psikososial
Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi, tingkat pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga dapat mempengaruhi baby blues syndrome.
6. Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan
Seorang dengan riwayat problem emosional sangat rentan untuk mengalami baby blues syndrome.
7. Hormonal
Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang drastis dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
8. Budaya
Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau tidaknya baby blues syndrome. Di Eropa kecenderungan baby blues syndrome lebih tinggi bila dibandingkan di Asia, karena budaya timur yang lebih dapat menerima atau berkompromi dengan situasi yang sulit daripada budaya barat.
Menurut Suririnah (2008) Penyebab munculnya baby blues syndrome antara lain:
• perubahan hormon
• stress
• ASI tidak keluar
• kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi
• suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami
• problem dengan orangtua dan mertua
• takut kehilangan bayi
• sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
• bayi sakit
• rasa bosan si Ibu
Para pakar kesehatan sepakat bahwa ada empat faktor penyebab baby blues (www.pregnancy.com, 2008) :
1. Hormonal. Usai bersalin, kadar hormon kortisol (hormon pemicu stres) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami depresi. Di saat yang sama hormon laktogen dan prolaktin yang memicu produksi ASI sedang meningkat. Pada saat yang sama kadar progesteron sangat rendah. Pertemuan kedua hormon ini akan menimbulkan keletihan fisik pada ibu dan memicu depresi.
2. Psikologis. Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Setelah persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pascapersalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik si kecil karena tidak sesuai dengan yang diinginkan juga bisa memicu baby blues.
3. Fisik. Keluhan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Dan jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
4. Sosial. Si ibu merasa sulit menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai ibu. Dan kini gaya hidupnya akan berubah dratis. Anda merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil.
0 komentar :
Post a Comment