Banyak orang yang belum mengerti apa itu disleksia. Bahkan, di kalangan para pendidik di sekolah-sekolah formal pun tidak banyak yang mengerti dan memahami permasalahan ini.
Apa itu disleksia?
Disleksia adalah gangguan pada penglihatan dan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan saraf pada otak, sehingga anak mengalami kesulitan membaca. Atau bisa juga diartikan sebagai ketidakmampuan belajar neurologis yang disebabkan ketidakmampuan atau penurunan kemampuan otak dalam menerjemahkan informasi (visual dan auditorial) yang diterima oleh mata dan telinga ke dalam bahasa yang dimengerti.
Anak-anak dengan disleksia bukan berarti buta atau tuli. Mereka mendengar, namun mereka tidak mampu menuliskannya di atas kertas. Mereka memahami kata-kata yang didengar, tapi mereka kesulitan untuk menulis ulang dan bingung dengan susunan huruf-huruf. Atau ketika mereka sedang membaca, mereka sering kali melewatkan beberapa huruf, suku kata, bahkan kata dan frasa. Mereka membaca seolah huruf-huruf itu berlompatan dan terbolak-balik.
Disleksia disebabkan oleh faktor genetis. Tidak harus langsung dari orangtua, namun bisa jadi dari kakek-nenek, atau buyut-buyut mereka. Hampir 5%-10% anak-anak di seluruh dunia mengalami gangguan ini.
Apakah anak-anak dengan disleksia adalah anak yang bodoh?
Oh, jangan pernah beranggapan demikian! Anda salah besar jika menganggap bahwa anak-anak disleksia adalah anak yang bodoh dan tertinggal. Karena kenyataannya, ada banyak kasus, anak-anak disleksia justru memiliki IQ yang lebih tinggi daripada anak-anak normal.
Pada dasarnya, penyandang disleksia adalah seorang yang tajam secara visual, berintuisi tinggi, dans eorang pemikir multidimensional. Apa yang mereka alami adalah kecacatan dalam sistem saraf mereka. Bukan cacat dalam kemampuan intelektual.
Kesalahpahaman yang terjadi sering kali menganggap bahwa anak-anak yang tidak bisa membaca dan menulis, bahkan mengeja dengan benar adalah anak-anak yang bodoh dan pemalas. Tunggu! Jangan cepat-cepat memvonis sebelum melakukan tes dan mendapatkan hasil yang akurat!
Bagaimana mengetahui seorang anak itu disleksia atau tidak?
Mudah mengetahui gejala awal anak-anak dengan gangguan disleksia, asalkan orangtua cermat memperhatikannya. Ambil sebuah buku cerita bergambar, lalu mintalah si kecil untuk menceritakan gambar yang ia lihat. Penyandang disleksia biasanya akan mengungkapkan dengan cerita yang tidak nyambung dengan gambarnya. Kemudian, bacakanlah buku cerita itu dengan suara yang keras dan berulang-ulang. Lalu minta si kecil untuk menceritakannya kembali. Jika ia masih juga menginterpretasikannya dengan gambar dan cerita yang tidak nyambung, maka kemungkinan besar anak tersebut mengalami disleksia.
Cara lain untuk mengenalinya bisa juga dengan memberikannya soal-soal secara lisan. Anak-anak disleksia mampu menjawab berbagai soal yang dibacakan atau diajukan secara lisan. Namun ketika menghadapi soal tertulis dengan soal yang sama, mereka mengalami kesulitan.
Indikator lain:
• lamban mengeja dan membaca, atau sering kali merasa ragu dan tidak yakin.
• melewatkan huruf, suku kata, kata, bahkan frasa saat membaca dan menulis. atau sering kali urutannya salah. tidak seperti kata atau kalimat yang diperintahkan atau ingin ia tulis sendiri.
• sering mengabaikan tanda baca
• mampu menghubungkan kata per kata, namun saat diulangi atau saat menemukan kata yang sama mereka tidak mengenalinya lagi.
• melihat huruf seolah-olah mundur dan terbalik. begitu juga saat menuliskannya.
• suka membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
• mengalami sakit kepala atau sakit perut setiap kali harus membaca dan mengeja dalam waktu yang lama.
Seorang anak dinyatakan disleksia apabila mereka telah menjalani serangkaian tes khusus untuk para penyandang disleksia. Jika Anda memiliki anak dengan beberapa ciri di atas, segera lakukan pengecekan di psikolog atau ahli anak agar Anda dapat segera melakukan penanganan sejak dini.
Disleksia disebabkan oleh faktor genetis. Tidak harus langsung dari orangtua, namun bisa jadi dari kakek-nenek, atau buyut-buyut mereka. Hampir 5%-10% anak-anak di seluruh dunia mengalami gangguan ini.
Apakah anak-anak dengan disleksia adalah anak yang bodoh?
Oh, jangan pernah beranggapan demikian! Anda salah besar jika menganggap bahwa anak-anak disleksia adalah anak yang bodoh dan tertinggal. Karena kenyataannya, ada banyak kasus, anak-anak disleksia justru memiliki IQ yang lebih tinggi daripada anak-anak normal.
Pada dasarnya, penyandang disleksia adalah seorang yang tajam secara visual, berintuisi tinggi, dans eorang pemikir multidimensional. Apa yang mereka alami adalah kecacatan dalam sistem saraf mereka. Bukan cacat dalam kemampuan intelektual.
Kesalahpahaman yang terjadi sering kali menganggap bahwa anak-anak yang tidak bisa membaca dan menulis, bahkan mengeja dengan benar adalah anak-anak yang bodoh dan pemalas. Tunggu! Jangan cepat-cepat memvonis sebelum melakukan tes dan mendapatkan hasil yang akurat!
Bagaimana mengetahui seorang anak itu disleksia atau tidak?
Mudah mengetahui gejala awal anak-anak dengan gangguan disleksia, asalkan orangtua cermat memperhatikannya. Ambil sebuah buku cerita bergambar, lalu mintalah si kecil untuk menceritakan gambar yang ia lihat. Penyandang disleksia biasanya akan mengungkapkan dengan cerita yang tidak nyambung dengan gambarnya. Kemudian, bacakanlah buku cerita itu dengan suara yang keras dan berulang-ulang. Lalu minta si kecil untuk menceritakannya kembali. Jika ia masih juga menginterpretasikannya dengan gambar dan cerita yang tidak nyambung, maka kemungkinan besar anak tersebut mengalami disleksia.
Cara lain untuk mengenalinya bisa juga dengan memberikannya soal-soal secara lisan. Anak-anak disleksia mampu menjawab berbagai soal yang dibacakan atau diajukan secara lisan. Namun ketika menghadapi soal tertulis dengan soal yang sama, mereka mengalami kesulitan.
Indikator lain:
• lamban mengeja dan membaca, atau sering kali merasa ragu dan tidak yakin.
• melewatkan huruf, suku kata, kata, bahkan frasa saat membaca dan menulis. atau sering kali urutannya salah. tidak seperti kata atau kalimat yang diperintahkan atau ingin ia tulis sendiri.
• sering mengabaikan tanda baca
• mampu menghubungkan kata per kata, namun saat diulangi atau saat menemukan kata yang sama mereka tidak mengenalinya lagi.
• melihat huruf seolah-olah mundur dan terbalik. begitu juga saat menuliskannya.
• suka membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
• mengalami sakit kepala atau sakit perut setiap kali harus membaca dan mengeja dalam waktu yang lama.
Seorang anak dinyatakan disleksia apabila mereka telah menjalani serangkaian tes khusus untuk para penyandang disleksia. Jika Anda memiliki anak dengan beberapa ciri di atas, segera lakukan pengecekan di psikolog atau ahli anak agar Anda dapat segera melakukan penanganan sejak dini.
0 komentar :
Post a Comment