Kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Kaplan, Sadock, Grebb, 1994). Kecemasan merupakan pola perasaan dan tingkah laku yang kompleks, tidak terikat pada suatu benda atau keadaan. Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian/kewaspadaan yang tidaj jelas dan tidak menyenangkan (Davison & Neale, 2001).
Mencakup tiga komponen utama yang saling berinteraksi, yaitu; reaksi subyektif/reaksi kognisi (komponen psikologik), misalnya khawatir, was-was, bimbang. Tingkah laku yang tampak (overt behavior), misalnya badan gemetar. Reaksi fisiologis internal, misalnya denyut nadi yang lebih cepat (biasanya tidak lebih dari 100 per detik) dan keluar keringat dingin.
Factor pencetus secara psikodinamik behubungan dengan factor-faktor yang menahun, seperti amarah yang direpresi atau impuls untuk melampiaskan sex. Biasanya urutan kejadiannya sebagai berikut:
Ketakutan (kecemasan akut) represi dan konflik (tak sadar) kecemasan menahun stress pencetus penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya nerosa cemas.
Pada kadar yang rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut. Kecemasan pada taraf tertentu dapat meningkatkan performa (facilitating anxiety), misalnya cemas mendapatkan IP buruk. Namun apabila kecemasan tersebut sangat besar dan sangat mengganggu (debilitating anxiety) sampai pada hal yang patologis dan tidak lagi dapat dikontrol/dihentikan. Beberapa gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang maladaptive, yaitu; gangguan panic, fobia, obsesi kompulsif, stress pasca trauma dan gangguan stress menyeluruh.
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Namun tidak semua orang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kpribadiannya. Orang dengan kepribadian pencemas labih rentan (vulnerable) dan beresiko lebih besar untuk menderita gangguan cemas.
Gejala Cemas Secara Klinis
Kecemasan yang menyeluruh dan menetap dengan manifestasi gejala sebagai berikut:
Ketegangan Motorik; gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, keelopak mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, gelisah, tidak dapat diam, mudah kaget.
Hiperaktivitas Saraf Autonomik; berkeringat, jantung berdebar, telapak tangan lembab, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, mual, sering buang air kecil, diare, kerongkongan tersumbat, muka merah/pucat, denyut nadi dan janung yang cepat waktu istirahat.
Khawatir yang berlebihan terhadap hal yang akan dating (apprehensive expectation); cemas, khawatir, takut, berpikir berulang (ruminating), bayangan kemalangan terhadap dirinya/orang lain.
Waspada berlebihan; mengamati lingkungan secara berlebihan hingga mengakibatkan perhatiannya mudah teralih, sukar berkonsentrasi, sulit tidur, merasa nyeri, iritabel dan tidak sabar.
Diagnosa banding permulaan sindroma otak organic yaitu permulaan aterosklerosa otak yang pelan-pelan sekali dapat mengakibatkan kecmasan karena kegagalan-kegagalan tugas, frustasi dan ancaman terhadap rasa aman mengenai hari depan. Tanda-tanda aterosklerosa seperti gangguan ingatan jangka pendek, gangguan penilaian, disorientasi dan tanda-tanda fisik.
William Cullen (1769) menjelaskan bahwa munculnya perilaku neurotic dengan karakteristik kecemasan yang tidak realistis adalah karena adanya gangguan pada system saraf/malfungsi neurologis.
Factor pencetus secara psikodinamik behubungan dengan factor-faktor yang menahun, seperti amarah yang direpresi atau impuls untuk melampiaskan sex. Biasanya urutan kejadiannya sebagai berikut:
Ketakutan (kecemasan akut) represi dan konflik (tak sadar) kecemasan menahun stress pencetus penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya nerosa cemas.
Pada kadar yang rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut. Kecemasan pada taraf tertentu dapat meningkatkan performa (facilitating anxiety), misalnya cemas mendapatkan IP buruk. Namun apabila kecemasan tersebut sangat besar dan sangat mengganggu (debilitating anxiety) sampai pada hal yang patologis dan tidak lagi dapat dikontrol/dihentikan. Beberapa gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang maladaptive, yaitu; gangguan panic, fobia, obsesi kompulsif, stress pasca trauma dan gangguan stress menyeluruh.
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Namun tidak semua orang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kpribadiannya. Orang dengan kepribadian pencemas labih rentan (vulnerable) dan beresiko lebih besar untuk menderita gangguan cemas.
Gejala Cemas Secara Klinis
Kecemasan yang menyeluruh dan menetap dengan manifestasi gejala sebagai berikut:
Ketegangan Motorik; gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, keelopak mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, gelisah, tidak dapat diam, mudah kaget.
Hiperaktivitas Saraf Autonomik; berkeringat, jantung berdebar, telapak tangan lembab, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, mual, sering buang air kecil, diare, kerongkongan tersumbat, muka merah/pucat, denyut nadi dan janung yang cepat waktu istirahat.
Khawatir yang berlebihan terhadap hal yang akan dating (apprehensive expectation); cemas, khawatir, takut, berpikir berulang (ruminating), bayangan kemalangan terhadap dirinya/orang lain.
Waspada berlebihan; mengamati lingkungan secara berlebihan hingga mengakibatkan perhatiannya mudah teralih, sukar berkonsentrasi, sulit tidur, merasa nyeri, iritabel dan tidak sabar.
Diagnosa banding permulaan sindroma otak organic yaitu permulaan aterosklerosa otak yang pelan-pelan sekali dapat mengakibatkan kecmasan karena kegagalan-kegagalan tugas, frustasi dan ancaman terhadap rasa aman mengenai hari depan. Tanda-tanda aterosklerosa seperti gangguan ingatan jangka pendek, gangguan penilaian, disorientasi dan tanda-tanda fisik.
William Cullen (1769) menjelaskan bahwa munculnya perilaku neurotic dengan karakteristik kecemasan yang tidak realistis adalah karena adanya gangguan pada system saraf/malfungsi neurologis.
0 komentar :
Post a Comment