a. Pengertian Marah
Marah adalah keadaan psikologis yang menyimpang watak seseorang dari jalan yang dialami (Hartati, 2005;114). (Arif Budiman dan Abu Bakar Baraja dalam Wetrimudrison, 2005; 2) menyebutkan dalam bukunya mental sehat hidup nikmat mental sakit hidup pahit, bahwa marah sebagai suatu emosi yang disebabkan karena seseorang menghadapi suatu keadaan yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan kemauannya. Dalam kitab ihya ulumuddin (Imam Al-Gazali dalam Wetrimudrison,
2005:2) menerangkan bahwa marah bagaikan nyala api yang menyalaberkobar-berkobar, menyerang bergerak dan bergejolak dalam hati manusia. (Dada Jashan dalam Odang Mukhtar,2003) seorang pemandu rohani dari India menyatakan bahwa marah lebih ganas dari api, lebih berbahaya dari gempa bumi, karena dengan kemarahan seseorang membunuh orang lain, karean kemarahan negara saling bermusuhan dan begitu banyak nyawa yang melayang. Secara Psikolodis marah adalah fenomena emosional. Dari beberapa pengertian marah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa marah adalah bentuk ekspresi manusia untuk melampiaskan ketidakpuasan, kekecewaan atau kesalaahannya ketika terjadi gejolak emosional yang tidak terkendalikan. Sedangkan (Tice dalam Goleman, 2003;82) menemukan bahwa amarah merupakan suasana hati yang paling sulit dikendalikan.
Marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya. Pada waktu seseorang sedang marah, energinya guna melakukan upaya fisik yang keras semakin meningkat. Ini memungkinkannya untuk mempertahankan diri atau menaklukkan segala hambatan yang menghadang di jalan dalam upayanya untuk merealisasikan tujuan-tujuannya. Al-Qur’an sendiri memberikan anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang menghalangi tersebar luasnya Islam. Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul dari marah karena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruannya (Najati, 1985:77).
Manusia cenderung memberi respon terhadap emosi (marah), dengan mengarahkan permusuhan pada hambatan-hambatan yang menghalangi permusuhan dorongan-dorongannya atau perealisasian tujuan-tujuannya, bukan pula penyebab sebenarnya yang membuat timbulnya kemarahan itu. Emosi marah yang menguasai diri seseorang bisa membuat macetnya kemampuan berpikirnya yang sehat. Kadang-kadang ia melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang memusuhi, yang disesalinya setelah kemarahannya reda (Najati, 1985:79).
b. Bentuk-bentuk Marah
1. Kesal/mangkel
Kesal dan mangkel adalah efek dari rasa kekecewaan karena terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan manusia, yang kebetulan pada saat itu perasaan manusia sedang tidak stabil, sehingga dia tidak sanggup menerima kekecewaan itu. Kesal dan mangkel hanya dirasakan oleh orang yang sedang mengalaminya, karena gejolak ini hanya berada dalam hati manusia.
2. Menumpahkan kata-kata yang tidak baik
Marah dalam bentuk ini sedikit bisa mengurangi mangkel dan kesal, namun sangat berbahaya bagi orang yang mendengar atau orang yang sedang dimarahi.
3. Diam dan bermuka masam
Diam dan bermuka masam adalah fenomena marah yang berasal dari hati yang kesal dan dongkol terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Ini adalah bagian dari pengendalian marah yang tidak berkata-kata buruk dan tidak memukul, tapi cara sepeerti ini juga belum termasuk cara pengendalian marah yang baik, karena diam seribu bahasa dan bermuka masam masih masuk ke dalam kategori marah.
4. Memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa
Sebagian orang membela diri dan mengatakan , bahwa memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa adalah perilaku yang tidak termasuk ke dalam kategori marah. Bagaimanapun alasan ini, sikap dan perilakunya yang memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa adalah fenomena ketidakpuasan terhadap seseorang. Dan ini masih termasuk salah satu cara orang melampiaskan kemarahannya.
5. Memukul/Menghancurkan
Marah dengan memukul dan menghancurkan adalah tingkat kemarahan yang paling berbahaya, pada level ini orang yang marah kadang tidak sadar dia melakukan pembunuhan atau membakar rumah, bunh diri dan lain-lain. Ini adalah tingkat kemarahan yang sangat fatal.
c. Beberapa Hal yang Menyebabkan Marah
Faktor penyebab mengapa seseorang menjadi marah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah hal-hal yang datang dari luar diri sang individu. Contoh: marah kepada atasan atau bawahan, dan lain-lain. Selain hal-hal eksternal tersebut, kemarahn juga dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang ada dalam diri sendiri. Dengan kata lain ada unfinished business (masalah yang tidak tuntas) yang bisa memicu timbulnya marah. Contoh: ketakutan atau kekhawatiran terhadap sesuatu hal tertentu, ketidakmampuan dalam berinteraksi, adanya pengalaman traumatik ataupun kenangan pahit pada masa lalu.
Berdasarkan pengalaman empirik dalam masyarakat, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi marah (Wetrimudrison,2005:6-13), yaitu:
1. Merasa diri paling benar dan berkuasa
Orang yang merasa dirinya paling benar cenderung akan membuat dia akan menyalahkan orang lain. Demikian juga ketikan manusia merasa dirinya berkuasa, maka cenderung akan meremehkan orang lain. Apabila dua sikap ini bertemu dalam satu peristiwa pada diri seseorang, maka akan terbentuklah sikap egois.
2. Dendam
dendam merupakan perasaan sakit hati yang tersimpan atau terpendam dalam hati seseorang , yang dinilai sangat mudah memicu timbulnya kemarahan. Orang pendendam hidupnya tidak akan pernah tenang, karena setiap dia melihat dan mendengar nama orang yang menyakiti hatinya, setiap itu pula hatinya akansemakin sakit dan marahnya semakin membara pada orang tersebut.
3. Direndahkan, dihina atau dicaci maki
Jarang orang yang menyadari bahwa seburuk dan serendah apapun diri orang, maka dia tidak akan pernah rela dihina, walaupun sesungguhnya orang hanya menyebutkan keburukan sifat dan kepribadiannya, karena pada dasarnya setiap manusia punya harga diri.
4. Sengaja dirangsang untuk dimanfaatkan orang
Sedikit sekali orang yang menyadari ketika dia dihasut untuk bermusuhan dengan seseorang. Biasanya bagi orang yang tidak terbiasa marah, minimal dia telah mendengar dan menerima pesepsi yang salah terhadap orang lain disebabkan penghasutnya.
5. Momentum yang tidak menyenangkan
Ketika orang dalam kondisi lapar
Ketika orang dalam kondisi mengantuk/tertidur
Ketika orang sedang dalam kondisi kecewa
Ketika orang sedang dalam kondisi sangat serius
Ketika orang dalam kondisi sakit
Ketika orang dalam kondisi sibuk
Ketika orang dalam kondisi sedih
Ketika orang dalam kondisi marah
Ketika orang sedang kaget
Ketika orang dalam kondisi malu.
d. Pengendalian Marah
Al-Qur’an juga berwasiat agar kita bisa mengendalikan emosi marah. Sebab ketika seseorang sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan penilaian yang benar. Selama marah berlangsung dua kelenjar anak ginjal memancarkan hormon adrenaline yang mempengaruhi hati dan membuatnya mengeluarkan lebih banyak zat gula. Ini membuat terjadinya peningkatan energi dalam tubuh dan membuat tubuh lebih mampu mencurahkan upaya organis yang diperlukannya untuk mempertahankan diri. Peningkatan energi dalam tubuh, salama emosi marah berlangsung, akan membuat seseorang lebih siap untuk melakukan permusuhan fisik terhadap orang yang membangkitkan kemarahannya. Oleh karena itu pengendalian emosi mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Memudahkan kemampuan berfikir manusia dan pengambilan keputusan yang benar. Ini menghindarkannya untuk tidak terjerumus dalam tindakan atau perkataan yang disesalinya nanti.
2. Memelihara keseimbangan fisik manusia, sebab ia melindungi manusia dari ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang terjadi akibat meningkatnya zat gula yang diperlukan oleh hati. Dengan demikian manusia akan terhindar untuk tidak melakukan berbegai tindak kekerasan sewaktu emosi marah sedaang berlangsung.
3. Pengendalian emosi marah dan tindakan memusuhi orang lain, baik secara fisik maupun kata-kata, dan tetap mempergauli orang lain dengan baik dan tenang, dengan sendirinya akan menimbulkan rasa tenang dalam diri si musuh itu dan mendorongnya mengadakan introspeksi.
4. Pengendalian atas emosi marah, dari segi kesehatan juga bermanfaat, sebab ia menghindarkan manusia dari banyak penyakit fisik yang pada umumnya (Najati, 1985)
Salah satu cara untuk meredakan amarah adalah dengan menggunakan dan mengadu pikiran-pikiran yang memicu lonjakan amarah. Selain itu pergi menyendiri sembari mendinginkan amarah, pergi berjalan kaki dalam waktu cukup lama , melakukan kegiatan berolahraga juga menolong meredakan amarah. Demikian pula metode-metode relaksasi seperti menarik nafas dalam-dalam serta pelemasan otot (Goleman, 2003;88)
Dalam surveinya mengenai strategi yang digunakan orang untuk mengatasi amarah, (Tice dalam Goleman, 2003;88) menemukan bahwa selingan pada umumnya banyak menolong untuk meredakan amarah: TV, film, bacaan dan semacamnya dapat menghambat pikiran-pikiran buruk yang menyalakan amarah. Selain itu salah satu strategi yang dikembangkan oleh (Williams dalam Goleman,2003;89) untuk pengendalian amarah yaitu menggunakan kepekaan diri menangkap pikiran-pikiran sinis atau buruk saat pikiran itu muncul, dan menuliskan pikiran-pikiran itu. Cara terbaik untuk mengatasi amarah menurut (Trungpa dalam Goleman, 2003;90) adalah “jangan menekannya. Tetapi, jangan melampiaskannya”.
Marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya. Pada waktu seseorang sedang marah, energinya guna melakukan upaya fisik yang keras semakin meningkat. Ini memungkinkannya untuk mempertahankan diri atau menaklukkan segala hambatan yang menghadang di jalan dalam upayanya untuk merealisasikan tujuan-tujuannya. Al-Qur’an sendiri memberikan anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang menghalangi tersebar luasnya Islam. Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul dari marah karena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruannya (Najati, 1985:77).
Manusia cenderung memberi respon terhadap emosi (marah), dengan mengarahkan permusuhan pada hambatan-hambatan yang menghalangi permusuhan dorongan-dorongannya atau perealisasian tujuan-tujuannya, bukan pula penyebab sebenarnya yang membuat timbulnya kemarahan itu. Emosi marah yang menguasai diri seseorang bisa membuat macetnya kemampuan berpikirnya yang sehat. Kadang-kadang ia melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang memusuhi, yang disesalinya setelah kemarahannya reda (Najati, 1985:79).
b. Bentuk-bentuk Marah
1. Kesal/mangkel
Kesal dan mangkel adalah efek dari rasa kekecewaan karena terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan manusia, yang kebetulan pada saat itu perasaan manusia sedang tidak stabil, sehingga dia tidak sanggup menerima kekecewaan itu. Kesal dan mangkel hanya dirasakan oleh orang yang sedang mengalaminya, karena gejolak ini hanya berada dalam hati manusia.
2. Menumpahkan kata-kata yang tidak baik
Marah dalam bentuk ini sedikit bisa mengurangi mangkel dan kesal, namun sangat berbahaya bagi orang yang mendengar atau orang yang sedang dimarahi.
3. Diam dan bermuka masam
Diam dan bermuka masam adalah fenomena marah yang berasal dari hati yang kesal dan dongkol terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Ini adalah bagian dari pengendalian marah yang tidak berkata-kata buruk dan tidak memukul, tapi cara sepeerti ini juga belum termasuk cara pengendalian marah yang baik, karena diam seribu bahasa dan bermuka masam masih masuk ke dalam kategori marah.
4. Memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa
Sebagian orang membela diri dan mengatakan , bahwa memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa adalah perilaku yang tidak termasuk ke dalam kategori marah. Bagaimanapun alasan ini, sikap dan perilakunya yang memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa adalah fenomena ketidakpuasan terhadap seseorang. Dan ini masih termasuk salah satu cara orang melampiaskan kemarahannya.
5. Memukul/Menghancurkan
Marah dengan memukul dan menghancurkan adalah tingkat kemarahan yang paling berbahaya, pada level ini orang yang marah kadang tidak sadar dia melakukan pembunuhan atau membakar rumah, bunh diri dan lain-lain. Ini adalah tingkat kemarahan yang sangat fatal.
c. Beberapa Hal yang Menyebabkan Marah
Faktor penyebab mengapa seseorang menjadi marah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah hal-hal yang datang dari luar diri sang individu. Contoh: marah kepada atasan atau bawahan, dan lain-lain. Selain hal-hal eksternal tersebut, kemarahn juga dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang ada dalam diri sendiri. Dengan kata lain ada unfinished business (masalah yang tidak tuntas) yang bisa memicu timbulnya marah. Contoh: ketakutan atau kekhawatiran terhadap sesuatu hal tertentu, ketidakmampuan dalam berinteraksi, adanya pengalaman traumatik ataupun kenangan pahit pada masa lalu.
Berdasarkan pengalaman empirik dalam masyarakat, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi marah (Wetrimudrison,2005:6-13), yaitu:
1. Merasa diri paling benar dan berkuasa
Orang yang merasa dirinya paling benar cenderung akan membuat dia akan menyalahkan orang lain. Demikian juga ketikan manusia merasa dirinya berkuasa, maka cenderung akan meremehkan orang lain. Apabila dua sikap ini bertemu dalam satu peristiwa pada diri seseorang, maka akan terbentuklah sikap egois.
2. Dendam
dendam merupakan perasaan sakit hati yang tersimpan atau terpendam dalam hati seseorang , yang dinilai sangat mudah memicu timbulnya kemarahan. Orang pendendam hidupnya tidak akan pernah tenang, karena setiap dia melihat dan mendengar nama orang yang menyakiti hatinya, setiap itu pula hatinya akansemakin sakit dan marahnya semakin membara pada orang tersebut.
3. Direndahkan, dihina atau dicaci maki
Jarang orang yang menyadari bahwa seburuk dan serendah apapun diri orang, maka dia tidak akan pernah rela dihina, walaupun sesungguhnya orang hanya menyebutkan keburukan sifat dan kepribadiannya, karena pada dasarnya setiap manusia punya harga diri.
4. Sengaja dirangsang untuk dimanfaatkan orang
Sedikit sekali orang yang menyadari ketika dia dihasut untuk bermusuhan dengan seseorang. Biasanya bagi orang yang tidak terbiasa marah, minimal dia telah mendengar dan menerima pesepsi yang salah terhadap orang lain disebabkan penghasutnya.
5. Momentum yang tidak menyenangkan
Ketika orang dalam kondisi lapar
Ketika orang dalam kondisi mengantuk/tertidur
Ketika orang sedang dalam kondisi kecewa
Ketika orang sedang dalam kondisi sangat serius
Ketika orang dalam kondisi sakit
Ketika orang dalam kondisi sibuk
Ketika orang dalam kondisi sedih
Ketika orang dalam kondisi marah
Ketika orang sedang kaget
Ketika orang dalam kondisi malu.
d. Pengendalian Marah
Al-Qur’an juga berwasiat agar kita bisa mengendalikan emosi marah. Sebab ketika seseorang sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan penilaian yang benar. Selama marah berlangsung dua kelenjar anak ginjal memancarkan hormon adrenaline yang mempengaruhi hati dan membuatnya mengeluarkan lebih banyak zat gula. Ini membuat terjadinya peningkatan energi dalam tubuh dan membuat tubuh lebih mampu mencurahkan upaya organis yang diperlukannya untuk mempertahankan diri. Peningkatan energi dalam tubuh, salama emosi marah berlangsung, akan membuat seseorang lebih siap untuk melakukan permusuhan fisik terhadap orang yang membangkitkan kemarahannya. Oleh karena itu pengendalian emosi mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Memudahkan kemampuan berfikir manusia dan pengambilan keputusan yang benar. Ini menghindarkannya untuk tidak terjerumus dalam tindakan atau perkataan yang disesalinya nanti.
2. Memelihara keseimbangan fisik manusia, sebab ia melindungi manusia dari ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang terjadi akibat meningkatnya zat gula yang diperlukan oleh hati. Dengan demikian manusia akan terhindar untuk tidak melakukan berbegai tindak kekerasan sewaktu emosi marah sedaang berlangsung.
3. Pengendalian emosi marah dan tindakan memusuhi orang lain, baik secara fisik maupun kata-kata, dan tetap mempergauli orang lain dengan baik dan tenang, dengan sendirinya akan menimbulkan rasa tenang dalam diri si musuh itu dan mendorongnya mengadakan introspeksi.
4. Pengendalian atas emosi marah, dari segi kesehatan juga bermanfaat, sebab ia menghindarkan manusia dari banyak penyakit fisik yang pada umumnya (Najati, 1985)
Salah satu cara untuk meredakan amarah adalah dengan menggunakan dan mengadu pikiran-pikiran yang memicu lonjakan amarah. Selain itu pergi menyendiri sembari mendinginkan amarah, pergi berjalan kaki dalam waktu cukup lama , melakukan kegiatan berolahraga juga menolong meredakan amarah. Demikian pula metode-metode relaksasi seperti menarik nafas dalam-dalam serta pelemasan otot (Goleman, 2003;88)
Dalam surveinya mengenai strategi yang digunakan orang untuk mengatasi amarah, (Tice dalam Goleman, 2003;88) menemukan bahwa selingan pada umumnya banyak menolong untuk meredakan amarah: TV, film, bacaan dan semacamnya dapat menghambat pikiran-pikiran buruk yang menyalakan amarah. Selain itu salah satu strategi yang dikembangkan oleh (Williams dalam Goleman,2003;89) untuk pengendalian amarah yaitu menggunakan kepekaan diri menangkap pikiran-pikiran sinis atau buruk saat pikiran itu muncul, dan menuliskan pikiran-pikiran itu. Cara terbaik untuk mengatasi amarah menurut (Trungpa dalam Goleman, 2003;90) adalah “jangan menekannya. Tetapi, jangan melampiaskannya”.
0 komentar :
Post a Comment