Monday, November 8, 2010

BEBERAPA SUDUT PANDANG TEORITIS & TREATMENT GANGGUAN KEPRIBADIAN

Berikut ini akan dijelaskan lima buah sudut pandang teoritis untuk membahas penyebab
gangguan kepribadian.
a. Perspektif Psikoanalisa.
Teori Freudian berfokus pada masalah yang muncul dari Oedipus complex sebagai dasar
dari banyak perilaku abnormal, termasuk gangguan kepribadian. Anak – anak normalnya dapat mengatasi Oedipus Complex dengan mengabaikan keinginan inses pada orang tua yang berbeda gender dan mengidentifikasi diri dengan orang tua dari gender yang sama.

Berdasarkan hipotesis Hans Kohut, gangguan kepribadian narsistik terbentuk sebagai
mekanisme pertahanan diri dari kegagalan orang tua untuk merespon anaknya dengan
penghargaan, kehangatan, kasih sayang dan empati.
Otto Kernberg, memandang kepribadian ambang dalam kaitannya dengan kegagalan
periode pra – Oedipal untuk mengembangkan rasa konstan dan kesatuan dalam citra
mengenai self dan orang lain.
Margaret Mahler, menjelaskan gangguan kepribadian ambang dalam kaitannya dengan
pemisahan dari figur ibu di masa kanak – kanak. Normalnya, secara perlahan anak akan
membedakan identitas atau sense of self mereka sendiri dari identitas si ibu. Proses ini
disebut sebagai pemisahan-individuasi (separation-individuation). Pemisahan adalah proses mengembangkan identitas psikologis dan biologis yang berbeda dari ibu.
Berdasarkan dari penjelasan para teoritikus, sudut pandang psikoanalisa berusaha mencari asal muasal gangguan kepribadian dari hubungan masa anak – anak dengan
perkembangan selajutnya. Adanya penyiksaan dari orang tau pada masa kanak – kanak
membuat pasien (individual dengan gangguan kepribadian) memandang seluruh
lingkungannya sebagai mengancam dan jahat. Hubungan ini menunjukkan bahwa kegagalan dalam membentuk hubungan yang erat dengan orang tua pada masa anak – anak memainkan peran kritis dalam perkembangan dari sejumlah pola kepribadian maladaptif yang
digolongkan sebagai gangguan kepribadian.
b. Perspektif Belajar (Behavioral)
Teoritikus belajar cenderung lebih berfokus kepada pencapaian perilaku dibanding pada
pandangan akan trait kepribadian yang abadi. Teoritikus belajar mengatakan bahwa pada masa kanak – kanak banyak terjadi pengalaman penting yang membentuk perkembangan kebiasaan maladaptif dalam berhubungan dengan orang lain yang menyebabkan terjadinya gangguan kepribadian.
Millon menyatakan bahwa gangguan kepribadian histrionic mungkin berakar pada
pengalaman masa kanak-kanak di mana social reinforcers, seperti perhatian orang tua,
terhubung dengan penampilan dan keinginan anak untuk tampil di depan orang lain, terutama dalam kasus di mana reinforcers diberikan secara tidak konsisten. Perhatian yang tidak konsisten mengajarkan anak untuk tidak menerima persetujuan begitu saja dan untuk berjuang terus demi mendapatkannya.
Teoritikus social – kognitif menekankan peranr e in fo r c e m e n t dalam menjelaskan asal mula dari perilaku antisosial. Karena orang lain me-reinforce mereka dengan pujian saatmereka berlaku baik dan menghukum mereka untuk kelakuan yang salah. Reinforcement dan
hukuman menyediakan umpan balik (informasi tentang harapan sosial) yang membantu anak
memodifikasi perilaku mereka untuk memaksimalkan kesempatan mendapatr e w a r d dan
meminimalkan resikoh u k u m a n di masa yang akan datang. Sebagai konsekuensinya anak
menjadi terisolasi hingga parahnya menjadi individu yang antisosial.
Teoritikus social-kognitif Albert Bandura mempelajari peran belajar observasional dalan
perilaku antisosial. Anak menguasai ketrampilan, termasuk ketrampilan agresif, melalui
pengamatan terhadap perilaku orang lain. Psikolog social-kognitif menunjukkan bahwa cara
orang dengan gangguan kepribadian menginterpretasi pengalaman social mereka
mempengaruhi perilaku mereka. Misal : remaja yang antisosial cenderung
menginterpretasikan perilaku orang lain sebagai perilaku yang mengancam.
Jadi menurut pendekatan ini, gangguan kepribadian muncul karena terganggunya
kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu. Individu tersebut tidak berhasil
mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya menghindari stimulus yang tidak menyenangkan
(hukuman).
c. Perspektif Keluarga
Perspektif Keluarga memfokuskan diri pada pola asuh orang tua yang tidak adekuat dan
dapat menimbulkan stress pada anak – anak. Hal itu dapat membuat individu rentan terkena
gangguan kepribadian. Sebagai contoh, orang tua yang menyiksa anaknya, menolak atau
menelantarkan anak mereka, serta pola asuh yang inkosisten dan tidak adekuat meningkatan
resiko terjadinya gangguan kepribadian antisosial setelah anak tersebut dewasa.
Anak – anak yang ditolak atau diabaikan orang tua mereka tidak mengembangkan
perasaan kelekatan hangat pada orang lain. Mereka menjadi kurang berempati pada orang
lain, dan malah mengembangkan sikap tidak peduli pada orang lain.
Meski factor keluarga berpengaruh pada sejumlah kasus gangguan kepribadian
antisosial, banyak anak – anak yang diabaikan yang tidak menunjukkan perilaku antisosial
atau perilaku abnormal lainnya di kemudian hari.
d. Perspektif Biologis.
Faktor Genetis
Melihat bahwa terjadinya gangguan kepribadian lenih karena faktor genetik, diturunkan dari
orang tuanya. Asumsi ini paling jelas ditunjukkan oleh individu-individu yang mengalami
gangguan kepribadian skizotipal. Selain itu ditemukan pula bahwa system saraf pada individu

dengan gangguan kepribadian antisosial berbeda dengan individu yang tidak memiliki
gangguan tersebut.
Kurangnya Respons Emosional
Orang dengan kepribadian antisosial dapat menjaga ketenangan mereka dalam situasi yang
penuh tekanan yang akan menyababkan kecemasan pada kebanyakan orang. Penelitian lain
pada umumnya mendukung pandangan bahwa orang dengan kepribadian antisosial umumnya
kurang terangsang daripada orang lain, baik dalam waktu istirahat maupun dalam situasi di
mana mereka menghadapi tekanan (Fowles, 1993).
Model Lapar-akan Stimulasi
Individu psikopati tampak memiliki rasa lapar yang berlebihan akan stimuli. Mereka
memerlukan ambang stimulasi di atas normal untuk menjaga kondisi keterangsangan
optimum. Sehingga, mereka memerlukan stimulasi yang lebih banyak daripada orang lain
untuk menjaga minat atau fungsi secara normal.
Abnormalitas Otak
Banyak orang dengan gangguan kepribadian antisosial dipengaruhi abnormalitas otak yang
mendasar. Abnormalitas otak dapt membantu menjelaskan beberapa ciri gangguan
kepribadian. Misal menggunakan teknik pencitraan otak yang canggih menghubungkan
antara gangguang kepribadian antisosial dan abnormalitas pada korteks prafrontal dari lubus
frontal. Oleh karena itu, salah satu penanganan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat – obatan.
e. Perspektif Sosiokoltural
Perspektif sosiokultural menelaah kondisi social yang dapat berkontribusi pada
perkembangan pola perilaku yang diidentifikasi sebagai gangguan kepribadian. Kita perlu
mencari tahu peran dari stressor yang dialami individu dalam pembentukan pola perilaku.
Banyak lingkungan yang didalamnya penuh dengan masalah social seperti kemiskinan,
alkohol, seks bebas, penyalahgunaan obat terlarang. Masalah sosial tersebut dapat mendorong
individu menjadikan hal tersebut sebagai panutan yang menyimpang.










TREATMENT
Ada banyak potensi sebagai penyebab gangguan kepribadian karena ada orang yang
menderita dari mereka. Mereka dapat disebabkan oleh kombinasi asuhan orangtua,
kepribadian seseorang dan pembangunan sosial, serta faktor genetik dan biologis. Penelitian
telah menyebabkan tidak dipersempit untuk faktor apapun saat ini. Kita tahu, bagaimanapun,
bahwa gangguan ini akan paling sering memanifestasikan dirinya pada saat peningkatan stres
dan kesulitan interpersonal dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, perawatan yang
paling sering berfokus pada peningkatan mekanisme seseorang mengatasi dan keterampilan
interpersonal.
Berikut ini akan dijelaskan sudut pandang untuk membahas penanganan terhadap gangguan
kepribadian :
a. Pendekatan Psikodinamika
Berdasarkan sudut pandang ini, penanganan bagi individu dengan gangguan
kepribadian adalah dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta
memeberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan individu untuk keluar dari
masalahnya.
Penanganan tersebut menekankan pada perilaku interpersonal dan menggunakan gaya
yang lebih aktif dan konfrontatif dalam mengatasi pertahanan klien daripada kasus
psikoanalisis tradisional.
b. Pendekatan Behavioral
Banyak penelitian behavioral menuturkan bahwa individu dengan gangguan tersebut
tidak berhasil mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya menghindari stimulus yang
tidak menyenangkan.
Penanganan gangguan kepribadian yang dianjurkan adalah dengan mengidentifikasi
dan memperbaiki ketrampilan ataupun kemampuan individu yang tidak memadai atau
lemah.
Terapis perilaku memandang tugas mereka adalah mengubah perilaku klien dan
bukan mengubah struktur kepribadian mereka.
Terapis perilaku berfokus pada usaha untuk merubah perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif melalui penggunaan teknik seperti pemusnahan, modeling, dan
reinforcement.
c. Pendekatan Biologis
Obat antidepresan atau antikecemasan kadang digunakan untuk menangani distress
emosional yang dialami individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak
mengubah pola persisten dari perilaku maladaptif yang dapat menyebabkan distress.
Peneliti menduga bahwa perilaku implusif dan agresif berhubungan dengan
kekurangan serotonin. Prozac dan obat lain yang serupa bekerja untuk meningkatkan
ketersediaan serotonin dalam sambungan sinaptik di otak.
Oleh karena itu, salah satu penanganan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat – obatan.
d. Pendekatan Keluarga
Penanganan yang disarankan dari sudut pandang ini adalah dengan mengidenfikasi
dan memperbaiki ketrampilan ataupun kemampuan individu yang tidak memadai
ataupun lemah.

0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com