Thursday, October 7, 2010

ASSESMENT PERILAKU

Assesment klinis yang dulunya dikenal sebagai psikodiagnosis, merupakan proses pengumpulan informasi mengenai klien atau subyek untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai seseorang (Kendall, 1982). Assesment ini, tidak lain sebagai penunjang dalam pembuatan keputusan-keputusan dan berbagai tindakan (penyaringan & diagnosis, evaluasi & intervensi, riset,…).
Psikolog klinis mengases kekuatan/ kelemahan lingkungan sosial individual sekitar klien yang dapat mempengaruhi dan memberi efek terhadap pikiran, perasaan dan tingkah laku klien.

Selain, istilah psikodiagnostik dan assesment ataupun pengukuran (measurement) juga dikenal metode asssesment lainnya, yaitu Assesment centre. Penggunaan kata centre disini bukan dimaksudkan pada pusat, tempat atau badan, melainkan sebagai jenis metode dalam assesment. Sedangkan bila dilihat dari substansi pemeriksaannya, terdapat banyak jenis assesment dalam psikologi klinis yang bisa digunakan, seperti Assesment pemfungsian intelektual, Assesment Kepribadian, Assesment pemfungsian Neuropsikologis dan Assesment Perilaku.
Dalam Assesment Perilaku, lebih terpusat pada mengidentifikasikan perilaku spesifik klien atau sistem lingkungan yang mungkin membutuhkan perubahan. Lebih lanjut, mengenai apa dan bagaimana Assesment perilaku tersebut akan kami bahas dalam bab selanjutnya.
A. Pengertian
Dalam Kamus Psikologi, karya JP. Chaplin, dituliskan bahwa Behavioral merupakan istilah yang digunakan untuk membedakan pelbagai ilmu pengetahuan yang menggunakan metode-metode objektif dan memiliki tujuan-tujuan yang objektif, sebagai lawan dari jenis ilmu pengetahuan yang subjektif dan mentalistik. Seperti yang kami tuliskan sebelumnya, bahwa dalam assesment perilaku, pendekatan perilaku lebih terpusat dalam mengidentifikasi perilaku spesifik dari klien ataupun sistem lingkungan yang mungkin memerlukan perubahan. Dengan kata lain, assesment perilaku ini melakukan pendekatan yang lebih spesifik dan teliti dalam memeriksa kondisi atau situasi lingkungan yang mungkin memberi pengaruh maupun efek terhadap perilaku yang dimunculkan oleh klien. Assesor perilaku tentunya akan berupaya untuk mengidentifikasi adanya akibat (hasil) dari pengaruh resiprokal (timbal balik) tindakan orang-orang sekitar dan lingkungan fisik terhadap tingkah laku/perilaku klien yang mencerminkan adanya masalah.
Pengukuran Behavioral mencakup sejumlah tingkah laku objektif individu. Klinis menggunakan metode ini untuk menemukan tingkah laku yang bermasalah, untuk mengerti apa yang mempertahankan intervensi yang sesuai untuk mengubah tingkah laku ini.
B. Perbedaan Asessmen Perilaku dengan Asessmen Tradisional
Assesment perilaku yang dilandasi dengan pemikiran bahwa perilaku manusia merupakan produk (hasil) dari interaksi (resiprokal) yang bersifat kontinuitas antara pribadi dan situasi ini, memiliki 5 perbedaan dengan assesment tradisional sebagaimana yang dipaparikan oleh Kendall & NortonFord, yaitu:
a. Assesment perilaku memusatkan perhatian pada tingkah laku/ perilaku yang bisa langsung diamati dan gambaran lingkungan, sedangkan assesment tradisional menjadikan hal-hal yang langsung berhubungan dengan apa yang akan dihadapi oleh intervensi sebagai target assesmentnya.
b. Assesment perilaku bersifat spesifisitas. Dalam hal ini assesor perilaku mencatat perilaku, perasaan dan pikiran serta respon fisiologis klien dan pengungkapan spesifik situasi dimana respon muncul. Dari data yang spesifik inilah assesor dapat mengemabangkannya menjadi uraian komprehensif mengenai kliennya.
c. Pusat Assesment perilaku adalah mendapatkan sampel interaksi aktual klien, sedangkan dalam assesment tradisional digambarkan assesor perilaku sebagai penekanan tanda-tanda sifat kepribadian klien, psikodinamika/ kapasitas pribadi umum.
d. Dalam Assesment tradisional maupun assesment perilaku memiliki assesment yang berbeda dalam mengembangkan ukuran assesment.
e. Tidak hanya dalam strategi yanng digunakan untuk mengembangkan ukuran assesment namun, prosedur diantara keduanyapun berbeda. Assesor perilaku berusaha untuk mengumpulkan informasi assesment tidak hanya sebelum dan setelah, tapi juga selama intervensi berlangsung.

C. Macam-macam Metode Assesment Perilaku
Sebelum tahun 1970-an pengukuran behavior hanya mengukur tingkah laku yang dapat dilihat, mulai memasuki tahun 1970-an pikiran dan perasaan yang dilaporkan oleh klien juga termasuk bagian yang di ukur oleh behavior.
Ada beberapa assesmen perilaku yang umumnya dikenal, yaitu:
1. Observasi (pengamatan) Naturalistik
Metode ini merupakan salah satu metode assesmen dimana observer mengamati langsung perilaku atau apa-apa yang dirasakan klien secara actual. Klinisi mengobservasi klien dan mencatat frekwensi tingkah laku khusus tersebut dengan factor situasionalnya yang sesuai.
 Sebelumnya diseleksi tingkah laku yang ditargetkan, yaitu tingkah laku yang perlu diperhatikan.
 Observasi invivo: observasi dilakukan dalam konteks yang sebenarnya tempat tingkah laku yang menjadi target terjadi.

2. Pemantauan Diri
Metode ini merupakan metode assesment dimana klien bertindak sebagai pengamat atas tindakan dan interaksinya. Metode pemantau diri ini menuntut klien untuk dapat membedakan perilaku, pikiran atau perasaan tertentu yang dialami, dan segera mencatat data sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk yang memungkinkan dalam assesmen dan intervensi. Atau dengan kata lain metode pemantauan diri menekankan pencatatan segera respon-respon spesifik. Metode ini lebih bersifat ekonomis, terpusat dan lebih cepat, daripada pemantauan oleh pengamat eksternal, meskipun bias-bias pribadi dapat mengganggu observasi yang akurat
3. Laporan Diri Situasi Spesifik Oleh Klien
Metode ini lebih bersifat retrospektif (menghayati keberadaan diri) dan sumatif, menyadarkan pada daya ingat diri akan pola umum perilakunya. Pusat perhatian dan observasi pada laporan diri adalah perilaku spesifik yang terjadi dalam perankat spesifik sehingga metode ini memiliki nilai akurasi yang tinggi. Pengukuran ini juiga berkembang untuk mengakses aspek-aspek situasi seperti juga untuk mengakses perilaku.
Seringkali terdapat kesulitan untuk membedakan antara metode pemantauan diri dengan metode laporan diri karena sama-sama menyampaikan subjek sebagai sumber data. Namun assesmen laporan diri berbeda dari pemantauan diri, laporan diri lebih bersifat retrospektif dan sumatif, sedangkan pemantauan diri menekankan pencatatan segera respon-respon spesifik.
Laporan diri behavioral, informasi tentang tingkah laku yang menyusahkan harus didapat dari klien sendiri, karena klienlah yang paling tahu. Laporan diri dilakukan melalui:
 Wawancara behavior: focus tingkah laku yang jadi masalah dan kejadian sebelum (antesidan) dan yang mengikuti tingkah laku (konsekuensi) tersebut, untuk mengeerti sifat yang tepat dari tingkah laku tersebut dan mencari bersama klien tujuan-tujuan intervensi.
 Memonitor diri: klien membuat catatan mengenai frekwensi tingkah laku.
 Ceklis behavioral dan inventori behavior: inventori dari Beck; Surve takut (Fear Survey Schedule) dari Wolpe: orang disuruh menunjuk seberapa besar berbagai pengalaman menimbulkan rasa takut. Pada BDI-nya Beck: klien menunjukkan terjadinya pikiran yang berhubungan dengan depresi.
4. Observasi Analog (identik)
Metode assesmen analog merupakan kelompok realitas, dimana berisikan karakteristik dasar tertentu mengenal hal-hal nyata dalam cara yang terkendali dan sederhana. Assesmen ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut: paper and pencil test, audiotape, videotape test, anactment test, roleplay test, dan stimulasi. Tiap-tiap metode ini memiliki perbedaan pada alat yang digunakan, yang mana situasi analog (identik) ditampilkan dalam partisipan klien dan dalam tipe respons yang diminta dari klien.
5. Observasi serta rating oleh orang lain yang signifikan
Metode assesmen ini menggunakan orang dekat sebagai pengumpul data dengan cara observasi langsung atau dengan cara retrospektif membuat peringkat atas perilaku klien. Metode ini menampilkan sumber data yang menyeluruh, karena klien dipandang oleh orang yang secara signifikan sangat kuat mempengaruhi perilaku dan persepsi diri klien. Dalam pengumpulan data orang yang signifikan dapat menceritakan kepada klinisian sejumlah besar kenyataan mengenai lingkungan sosial klien.
Selain lima metode perilaku yang telah di paparkan diatas, terdapat wilayah tambahan assesmen perilaku yaitu, Assesmen Respon Fisiologis dan Assesmen Kognitif Spesifik.

D. Wilayah Tambahan Assesmen Perilaku
Dalam asessmen perilaku itu terdapat beberapa wilayah tambahan, wilayah tambahan ini meliputi:
1. Asessmen Psikofisiologis.
Yaitu kuantifikasi kejadian-kejadian biologis sebagaimana mereka berhubungan dengan pengubah-pengubah psikologis. Focus dari asesmen ini adalah perekaman reaksi-reaksi jasmaniah terhadap rangsangan-rangasangan lingkungan termasuk ketegangan otot, denyut jantung, tekanan darah, dan resistensi kulit.
2. Asesemen Perilaku Kognitif – Perilaku
Target dari asesmen ini adalah respon spesifik, yaitu aktivitas kognitif klien atau subyek penelitian dan bukan termasuk kejadian yang dapat diamati.
Sementara methode yang digunakan untuk mengakses respons kognitif perikau adalah:
a. Contoh pikiran (thought sampling), yaitu prosedur yang meminta bahwa individu, pada waktuy yang berbagai-bagai, terdapat pada pikirannya.
b. Inventori-inventori pernyataan diri (Self – statement inventories), yaitu meliputi serangkaian pikiran atau hal-hal yang orang katakan kepada mereka dan meminta individu untuk mengidentifikasikan seberapa sering ia memiliki yang telah didaftar.

0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com