Wednesday, June 16, 2010

Problem Solving

1.Pengertian Problem Solving
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang terjadi dengan segala hal dan apa yang seharusnya terjadi dengan hal-hal tersebut .Pemecahan masalah sering melibatkan hal-hal yang sudah terjadi .
Pemecahan masalah oleh Evans (1991) didenifikasikan sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang (presen state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future state / desire goal) (Makalah psikologi kognitif, 2003).

Penelitian problem solving banyak dilakukan oleh Psikolog Gestalt di Jerman .Gestalt memiliki pengertian “konvigurasi” atau pengorganisasian secara keseluruhan . Psikologi Gestalt memandang bahwa prilaku merupakan sistem organisasi . Persepsi tentang peristiwa tidak dilihat sebagai suatu seri elemen-elemen individual (tunggal), tetapi suatu konfigurasi keseluruhan yang membentuk peristiwa-peristiwa . Menurut paham ini , masalah-masalah perceptual akan eksis bila stress dan katagangan terjadi sebagai hasil interaksi antara persepsi dan memori . Oleh karena itu ,waktu memikirkan suatu masalah lalu diuji dengan beberapa sudut pandang yang berbeda akan membawa pandangan yang benar melalui moment insight.
Karl Duncker (1945) mengungkapkan konsep functional fixed ,dimana terdapat kecendrungan untuk melihat suatu objek dari seringnya benda tersebut digunakan .Akibatnya tinbul kasulitan bila benda tersebut digunakan pada kondisi atau cara yang tidak lazim .Suatu nobjek atau ide hanya menjadi set fungsi .Biasanya istilah set diasosiasikan dengan pernyatan pikiran (kebiasaan / sikap)seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah . Tegasnya , set marupakan persiapan aktivis kognitif yang mendahului proses berpikir dan persepsi , sehingga dalam konteks tersebut , set kemungkinan dapat meningkatkan kualitas persepsi atau pemikiran seseorang daiam memaknai suatu stimulus (Slamet, 1999 : 1).
Dari penjelasan di atasd dapat disimpulkan bahwa Problem Solving adalah berpikir secara langsung yang berhubungan dengan sikap / kebiasaan kearah penyelesaian masalah yang dihadapi , yang meliputi pembentukandan pemilihan respon-respon yang tepat
.
2. Faktor-faktor Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor-faktor situasional terjadi , misalnya pada stimulus yang menimbulkan masalah , pada sifat-sifat masalah, sulit-muda, baru-lama, penting-kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain .
Faktor-faktor pemecahan masalah menurut Wolgaf Kohler antara lain :
1. Motivasi
Motivasi yang rendah mengalihkan prehatian, sedangkan motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas .
2. Kepercayaan dan sikap yang salah
Anggapan / asumsi yang salah dapat menyesatkan kita . Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan materiil, kita akan mengalami kersulitan atau sikap yang defensif (kurang percaya diri) akan cenderung menolak informasi baru , merasionalisasikan kekeliruan dan mempersukar penyelesaian .
3. Kebiasan
Kecendrungan mempertahankan pola piker tertentu atau melihat masalah dari satu sisi saja atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, sehingga pemecahan masalah efisien .
4. Emosi
Dalam menghadapi berbagai situasi kita tanpa sadar serimg terlibat secara emosional . Emosi mewarnai cara berpikir kita. Sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi . Resah, marah, dan cemassangat membatasi kemampuan kita dalam melihat masalah dengan jelas atau merumuskan kemungkinan pemecahan (Rahmat, 2001 : 73).
PRSPP Teratai membuka konsultasi psikologi untuk mantan pengguna narkoba yang bertujuan membantu mangarahkan penyelesaian kesulitan mereka sehari-hari, sehingga diharapkan mereka akan mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain
Ada beberapa langkah atau tahapan penting yang harus ditempuh seseorang guna memecahkan suatu masalah, yaitu pemahaman masalah, penemuan berbagai hipotesa mengenai cara pemecahan dan memilih salah satu diantara hipotesa tersebut . dan pengujinan dan pengevaluasi suatu pemecahan yang talah diajukan (Makalah Psikologi kognitif, 2003).
Ketiga langkah pokok ini dalam proses pemecahan adakalanya bias dilalui dalam beberapa menit . Sementara situasi yang lain bias memerlukan waktu berhari-hari , berminggu-mingfgu , bahkan berbulan-bukan baru diperoleh satu pemecahan . Dalam Ai-Qur’an disebutkan QS. Ar-Ra’d : 11, yang berbunyi:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keaadaan suatu kaum sehingga merteka merubah keaadan yangadapada diri mereka sendiri “ (Departemen Agama, 1993 : 370).

Surat Al-Baqarah : 45, berbunyi :


“Wahai orang-orang yang beriman , tolonglah dirimu dengan kesabaran dan shalat. Sesungguhnya Allah itu mendampingi orang yang sabar “(Departemen Agama, 1993: 16)
Pada ayat tersebut ditunjukkan oleh Allah, jalan bagaimana cara seseorang mengatasi kesukaran dan problema kehidupan sehari-hari, yaitu dengan kesabaran dan sholat .
Dalam surat Al-A’raf : 35,


“Siapa yang bertaqwa dan berbuat baik, maka ia tidak akan merasa takut dan sedih” (Departemen Agama, 1993 : 226)
Pada ayat ini dikatakan bahwa rasa taqwa dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih . Perbuatan baik disini bias diartikan sebagai wujud tindakan, yakni usaha kita dalam menyelesaikan masalah dan diharapkan kita tidak perlu merasa sedih ketika masalah atau kesedihan muncul .

0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com