Friday, June 11, 2010

Kerasukan Jin

Apakah manusia bisa kerasukan jin. Atau dengan kata lain, apakah jin bisa masuk pada tubuh manusia? Ada yang berkeyakinan bahwa peristiwa kerasukan itu tidak ada dalilnya.

Mereka berpendapat, tidak masuk akal dua makhluk yang berbeda tabiatnya bersatu dalam satu tubuh.

Kesurupan hanyalah gejala sakit jiwa. Mereka berpendapat bahwa haram hukumnya mempercayai peristiwa kesurupan sebagai peristiwa masuknya jin pada manusia. Mereka menganggap hal itu sekadar penyakit atau gejala jiwa, sama sekali tidak ada kaitan dengan jin.

Pendapat seperti di atas tidak punya alasan yang bersumber dari Al Quran dan sunah. Sesungguhnya peristiwa kerasukan atau jin masuk pada tubuh manusia ada dalil dari Nabi saw. Kita harus percaya bahwa jin bisa masuk pada tubuh manusia bahkan bisa menyakiti manusia. Kesurupan bukan fenomena sakit jiwa, tetapi merupakan gangguan jin pada manusia. Adapun yang menjadi alasannya adalah keterangan berikut.

Utsman bin Abi al-’Ash r.a. berkata, ketika aku bekerja untuk Rasulullah saw. di Thaif, tiba-tiba aku melihat sesuatu dalam shalatku, sampai-sampai aku tidak tahu sedang shalat apa. Maka setelah kejadian itu aku menemui Rasulullah saw. Rasulullah berkata, ”Ibnu Abi al-’Ash?” Aku menjawab, ”Benar, ya Rasulullah.” Rasul bertanya, ”Apa yang membuatmu datang ke sini?” Aku menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu dalam shalatku sampai-sampai aku tidak tahu sedang shalat apa.” Nabi bersabda, ”Itu adalah setan (jin). Mendekatlah padaku!” Maka aku pun mendekat kepada Nabi, lalu aku duduk. Ibnu Abi al-’Ash berkata, ”Lalu Nabi memukul dadaku dengan tangannya dan meniup mulutku sambil berkata, ”Keluarlah musuh Allah!” Nabi melakukannya sebanyak tiga kali. Lalu Nabi berkata, ”Teruskanlah pekerjaanmu.” (H.R. Ibnu Majah 2:273 dan disahihkan Imam al-Bani)

Utsman bin Basyar menerangkan, aku mendengar Utsman bin Abi al-’Ash r.a. berkata, Aku mengadu kepada Rasulullah saw. karena sering lupa ayat-ayat Al Quran yang aku hafal. Lalu Rasulullah saw. memukul dadaku dengan tangannya seraya berkata, ”Wahai setan (jin) keluarlah kamu dari dada Utsman!” Beliau melakukannya tiga kali. Lalu Utsman berkata, ”Setalah itu aku tidak pernah lupa lagi ayat-ayat Al Quran yang aku telah hafal dan aku senang mengingat-ngingatnya.” (H.R. Thabrani, dihasankan oleh al-Bani dalam Silsilah Ash-Shahiihah 6:2918)

Ya’la bin Murrah berkata, seorang perempuan datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, ”Anakku terkena penyakit gila sejak tujuh tahun lalu, dan sembuh dua kali sehari.” Rasulullah saw. Berkata, ”Dekatkanlah anakmu kepadaku!” Perempuan itu segera mendekatkan anaknya kepada Rasulullah saw. Lalu beliau menyembur dengan ludahnya seraya berkata, ”Keluarlah wahai musuh Allah, Aku adalah Rasulullah!” (H.R. Hakim dan mensahihkannya, dan dihasankan oleh Al-Bani dalam Silsilah Ash-Shahihah 6:2918)

Imam Al-Bani mengomentari hadis-hadis di atas, ”Dalam hadis-hadis tersebut ada dalil yang sangat jelas bahwa jin bisa masuk dalam tubuh manusia, sekalipun dia seorang yang muslim yang saleh.” Jadi, tidak ada alasan untuk menolak adanya fenomena jin masuk pada tubuh manusia.

Bahkan dalam Al Quran disebutkan bahwa orang yang makan riba seperti orang yang kerasukan setan (jin). ”Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila ...” (Q.S. Al Baqarah 2: 275). Imam al-Qurthubi mengatakan, ”Pada ayat ini terdapat penegasan bahwa jin bisa masuk pada tubuh manusia.” (Tafsir Al-Quthubi III:355)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, ”Keberadaan jin terbukti dalam Al Quran dan sunah serta kesepakatan umat terdahulu. Begitu juga tentang masuknya jin dalam tubuh manusia sudah menjadi kesepakatan ulama ahlu sunah wal jamaah. Jin bisa masuk pada tubuh seseorang dan dapat mengatakan apa yang tidak pernah dia pelajari. Terkadang orang yang kerasukan memukul-mukul, hingga jika mengenai seekor unta, maka unta itu bisa mati dan orang yang kesurupan itu tidak merasakannya.”

Itulah alasan-alasan yang diambil dari Al Quran juga sunah Nabi saw. serta komentar para ulama tentang fenomena kesurupan atau masuknya jin pada manusia. Dari analisis itu bisa disimpulkan bahwa kesurupan bukan fenomena sakit jiwa. Tetapi jin itu benar-benar bisa masuk pada tubuh manusia . Wallahu a’lam.

Kesurupan, Tahayul dan Agama

Memperihatinkan sekali dengan munculnya fenomena ini. Aapalagi membaca komentar komentar anak bangsa yang pada pokoknya memang kental sekali dengan nuansa mistik dan tahayul.

Kesurupan itu tidak ada hubungannya dengan setan maupun tuhan. Kesurupan adalah semata-mata fenomena alami yang bisa terjadi pada manusia dan tidak pandang bulu di belahan dunia manapun. Kenyataanya hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga ditempat lain terutama di masyarakat yang tingkat kesulitan dihupnya tinggi. Fenomena kesurupan itu berkaitan dengan masalah stress hidup dan beban hidup masyarakat. Dalam masyarakat yang penuh ketidak pastian, kesulitan ekonomi yang sangat membebani para korban, dan ketidak menentuan masa depan turut andil bagain dalam memperbesar chance untuk terjadi.

Pada kasus anak-anak sekolah, mereka yang terkena rata-rata kehidupan ekonominya susah, mikirin beban pelajaran, ditambah dengan mikirin buku yang tidak terbeli dan SPP yang belum dibayar otomatis membuat sang anak menjadi sangat stress dan berusaha untuk ditahan. Pada puncaknya, jika sang anak tidak mampu untuk menahan ini maka akan meledak dan terjadilah kesurupan.

Kesurupan adalah fenomena biasa dalam dunia psikologi dan fisiologi. Apa yang terjadi pada mereka hanyalah masalah psikis yang disebut trance disorder. Orang yang mengalami hal ini akan bisa spontan teriak-teriak dan bahkan berkata-kata yang tidak biasanya di lakukan. Ini disebut dengan munculnya sifat ganda, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai karakter lebih dari satu. Dalam keadaan tance seseorang akan memcunculkan karakter yang lain yang biasanya tidak ditampakkan karena faktor batasan-batasan budaya, agama, dll.

Setan dan tuhan tidak ada urusannya dengan trance seperti ini. Fungsi agama kalaupun ada hanya sekedar obat penenang, dalam hal ini dengan beragama dalam artian menjalankan ritual ibadah, seseorang dipicu untuk berserah diri. Dengan melakukan penyerahan diri ini maka jiwa seseorang menjadi tenang dan otomatis terhindar dari kemungkinan terserang trance. Jika seseorang bisa mengendalikan diri dengan cara memasrahkan beban dan himpitan hidup dengan apapun caranya maka dia akan menjadi tenang, jadi tidak terpaku pada suatu agama. Dengan demikian baik dengan pendekatan Islam dan Allahnya maupun pendekatan agama lain dengan tuhannya masing-masing, pada akhirnya sama.

Singkatnya, fenomena trance alias kesurupan ini bukanlah hal aneh dan perlu dimistifikasi. Ini adalah fenomena alam biasa, yang disebabkan oleh tekanan jiwa.

0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com