Friday, June 11, 2010

Darimana Datangnya Penyakit

Pada dasarnya manusia terdiri dari dua subsistem yaitu psikis (jiwa atau mental) dan fisik (soma atau badan). Kedua subsistem yang menyatu pada manusia ini tidak dapat dipisahkan satu dan yang lainnya. jika salah satu mengalami ganguan maka akan berpengaruh pada bagian yang lain. Dari beberapa penelitian di temukan bahwa diantara pasien yang sakit secara medis menunjukkan adanya gangguan mental seperti stress, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain. Sebaliknya orang-orang yang dirawat karena gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fisik, karena itu kondisi kejiwaan atau mental seseorang dapat mempengaruhi fungsi tubuhnya. Seperti halnya perubahan emosi seseorang mampu menambah atau mengurangi rasa sakit yang dideritanya.

Secara garis besar artikel yang kami kutip dari majalah HealthTooday edisi Juli 2001 ini membahas apa-apa yang telah di paparkan di atas. Menggali sebab darimana datangnya penyakit dan situasi pencetus (trigger situations), serta hubungan kesehatan fisik dan mental.
Kita seringkali bertanya-tanya mengapa seseorang begitu mudah sakit, sementara yang lainnya tidak. Hal ini menunjukkan bahwa daya tahan tubuh setiap orang tidaklah sama. Pada keadaan jiwa yang kurang stabil pertahanan pada diri akan menurun, tak jarang akan menimbulkan gejala stres, depresi atau gangguan yang lainnya. Pada dasarnya tubuh berusaha untuk melindungi diri terhadap penyakit, tetapi hal itu berlaku sampai pada batas tertentu kemampuan tubuh untuk dapat bertahan dan mengatasinya. Jika tubuh tidak lagi sanggup bertahan dan mengatasinya maka akan timbul gejala gangguan pada salah satu atau beberapa organ tubuh. Kondisi seperti stress atau depresi itulah yang biasanya dapat mencetuskan timbulnya nyeri atau penyakit.
Banyak situasi yang dapat mencetuskan timbulnya gangguan pada kesehatan fisik atau mental. Seperti adanya masalah dalam rumah tangga, masalah di sekolah, masalah keuangan, masalah di kantor, kematian orang yang dicintai dan lain-lain. Hal ini akan membawa dampak psikologis yang mempengaruhi pertahanan kesehatan pada tubuh seseorang. Dampak yang ditimbulkan pada tiap orang berbeda-beda sesuai dengan mekanisme pertahanan tubuh masing-masing. Pada orang-orang tertentu situasi tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan fisiknya. Seperti gejala depresi yang sering terjadi, yaitu adanya perubahan kebiasaan makan, cemas, mudah tegang, sehingga mempengaruhi kondisi fisik yang di tandai dengan adanya gangguan pada lambung, nyeri pada perut bahkan bisa mengakibatkan diare atau malah sukar buang air besar (sembelit). Walau depresi pada umumnya menimbulkan gejala fisik seperti diatas, namun hal itu tidak berlaku pada semua orang. Ada penderita depresi yang tidak menampakkan gejala sama sekali, atau sebaliknya ada juga yang menderita penyakit serius akibat depresi yang di deritanya. Sering kali pemeriksaan medis tidak menemukan adanya kelainan fisik yang mendasari keluhan penderita depresi. Rasa sakit pada kepala yang biasanya di rasakan penderita depresi jika diadakan pemeriksaan medis secara lengkap sedikitpun tidak menunjukkan adanya kelainan pada fisik. Adanya gangguan seperti ini biasa dinamakan Psikosomatik. Salah satu cirinya adalah jika seseorang merasa sakit, tetapi hasil pemeriksaan dokter negatif, artinya tidak ditemukan penyakit.
Fenomena nyeri atau sakit pada gangguan psikosomatik dapat di umpamakan dengan keadaan, misalnya; merasa tegang atau jantung berdebar-debar, sakit perut ketika mau menghadapi tes untuk melamar pekerjaan, atau saat ujian. Meski sudah berusaha untuk dapat bersikap tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tetapi alam bawah sadar kita tidak dapat berbohong sehingga timbul reaksi seperti diatas. Reaksi yang di timbulkan masih dalam batas normal dan pada umumnya kita dapat mengatasinya. Tetapi jika gangguan fisik tersebut semakin tak terkendali sehingga mengganggu aktivitas yang lain, maka sebaiknya harus cepat ditangani. Salah satunya berobat ke dokter agar segera mendapatkan penanganan yang tepat atau perlu penanganan seorang ahli (psikiater atau psikolog).
Terapi yang dapat dilakukan terhadap penderita psikosomatik ini sangat bermacam-macam, tergantung dari beratnya gejala yang dialami. Pada umumnya penderita diberi obat-obat tertentu dan menjalani terapi psikoanalisis dan tertapi tingkah laku. Psikoterapi yang berorientasi psikoanalisis pada umumnya berlangsung lama karena berusaha merekonstruksi kepribadian atau pola pikirnya setelah dibongkat isi ketidaksadarannya. Terapi perilaku (psikososial, gaya hidup) bertujuan untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja maupun di lingkungan sosial. Untuk mencapai hal tersebut hendaknya dilakukan perubahan-perubahan kebiasaan (gaya hidup) yang tidak sehat, misalnya dengan upaya meningkatkan kekebalan tubuh terhadap stres.
Manusia tidak serlamanya ada dalam kondisi yang sehat. Pada keadaan tertentu pasti akan mengalami sakit. Gangguan fisiologis dapat dengan mudah dikenal seperti penyakit jantung, tumor dan lain-lain. Selain terdapat gangguan yang bersifat fisiologis, juga terdapat gangguan mental. Gangguan mental ini pada dasarnya juga dapat dikenali dengan memahami gejala-gejalanya. Orang yang menderita depresi, gangguan kecemasan dan lain-lain dapat diketahui dengan memahami gejala yang ada. Namun demikian, mengetahui adanya gangguan mental lebih sulit dibandingkan dengan mengenali gangguan fisiologis karena persepsi setiap individu terhadap adanya gangguan mental sangat berbeda.
Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan secara fisik lebih mendalam daripada pengetahuan kesehatan mental. Namun demikian, berdasarkan gejala-gejala yang di jumpai yaitu adanya ketidak wajaran dalam fungsi mental akhirnya orang memahami bahwa terdapat sakit dan sehat pada mental selain sehat dan sakit secara fisik.
Fisik dan psikis adalah kesatuan dalam eksistensi manusia. Keduanya saling berkaitan satu dan yang lainnya. keadaan fisik seseorang mempengaruhi psikisnya, sebaliknya keadaan psikis mempengaruhi keadaan fisik. Hubungan antara kesehatan fisik dengan psikis dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hall dan koleganya (1980). Dalam penelitia itu di temukan bahwa diantara pasien yang sakit secara medis menunjukkan adanya gangguan mental seperti depresi, gangguan kepribadian, sindroma otak organic dan lain-lain. Sebaliknya orang-orang yang dirawat karena gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fisik.
Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun dalam bukunya "Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan" mengatakan; Goldberg (1984) mengungkapkan terdapat tiga kemungkinan hubungan antara sakit secara fisik dan mental:
Pertama: Orang mengalami sakit mental disebabkan oleh sakit fisiknya. Karena kondisi fisiknya tidak sehat, dia tertekan sehungga menimbulkan akibat sekunder berupa gangguan secara mental.
Kedua: Sakit fisik yang diderita itu sebenarnya gejala dari adanya gangguan mental.
Ketiga: Antara gangguan mental dan sakit secara fisik adanya saling menopang, artinya bahwa orang menderita secara fisik menimbulkan gangguan secara mental, dan gangguan mental itu turut memperparah sakitnya.
Jelaslah bahwa kesehatan fisik dan kesehatan mental saling berhubungan , artinya jika satu terganggu akan membawa pengaruh kepada bagian yang lainnya. hubungan antara keduanya sangat kompleks meskipun tidak dapat dinyatakan bahwa satu aspek menentukan yang lainnya (Cutting, 1980).
Untuk menemukan keseimbangan antara jiwa dan raga atau ingin sehat lahir dan batin maka seseorang itu harus memiliki empat pilar kesehatan. Dalam bukunya "Alqur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa" Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater memaparkan antara lain:
a) Sehat secara jasmani / fisik (biologic)
b) Sehat secara kejiwaan (psikiatrik / psikologik)
c) Sehat secara sosial
d) Sehat secara spiritual (kerohanian / agama)
Adapun criteria jiwa yang sehat :
a) Dapat menyesuaikan diri secara konstruksif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c) Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
d) Secara relative bebas dari rasa tegang (stres), cemas dan depresi.
e) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
f) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari.
g) Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
h) Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.

0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com